mutiara form

Quote of the Day

Sunday, June 24, 2007

HaPpY To h3aL

once upon a time

there is a person
+ kecelakaan pertama (sepeda motor rusak)
That person: "untung sepeda motor saya yang rusak"

+kecelakkan kedua (kaki kirinya yang patah)
that person: "untung cuma kaki kiri saya yang patah

+kecelakaan ketiga (kedua kakidan tangan lumpuh)
that person: "untung saya masih hidup"

+kecelakaan keempat (rumahnya ambruk)
that person: "untung saya langsung mati, tidak tersiksa dulu"

+di akherat (dimasukkan ke neraka)
that person: "untung di neraka temannya banyak"

Anda Ingin mengalami hal yang sama pada orang ini?????
Kenapa tidak bukannya kebersamaan lebih penting ???
Pikirkan hal ini baik-baik
dan saya pun juga pasti memikirkan hal ini

semoga kita semua meemukan apa yang selama ini kita peretannyakan

oh may god heLp meeeeeee

Saturday, June 23, 2007

Don'T Do iT

Apakah kamu merasa kecewa terhadap orang lain, atau merasa tidak suka dan kamu ingin sekali mengkritik dan memeki orang itu. Tetapi sebelum kamu melakukannya, sebaiknya kamu membaca cerita singkat ini yang saya ambil dari buku “Bagaimana Mencari kawan dan Mempengaruhi Orang Lain” karangan Dale Carnegie. Inilah kisahnya :

Dengar nak, : Ayah mengatakan ini pada saat kau terbarin tidur, sebelah tangan kecilmerayap dibawah pipimu dan rambumu yang keriting pirang lengket pada dahimu yang lembab. Ayah menyelinap masuk seorang diri ke kamarmu. Baru beberapa menit yang lalu, ketika ayah sedang membaca Koran di ruang perpustakaan, satu apuan sesal yang amat dalam menerpa. Dengan perasaan bersalah Ayah datang masuk menghampiri pembaringanmu.

Ada hal-hal yang ayah pikirkan, Nak: Ayah selama ini bersikap kasar kepadamuu. Ayah membentakmu ketika kau sedang berpakaian hendak pergi ke sekolah karena kau Cuma menyeka mukamu sekilas dengan handuk. Lalu Ayah lihat kau tidak membersihkan sepatumu. Ayah berteriak marah tatkala kau melempar beberapa barangmu ke lantai.

Saat makan pagi Ayah juga menemukan kesalahan. Kau meludahkan makananmu. Kau menelan terburu-buru makananmu. Kau meletakkan sikumu diatas meja. Kau mengoleskan mentega terlalu tebalke rotimu. Dan baru kau mulai bermain dan Ayah berangkat mengejar kereta api, kau berpaling dan melambaikan tangan sambil berseru “selamat jalan Ayah!” dan Ayah mengerutkan dahi, lalu menjawab, “tegakkan bahumu”.

Kemidian semua itu berulang lagi pada sore hari. Begitu Ayah muncul dari jalan, Ayah segera mengamatimu dengan cermat, memandangmu yang sedang bermain kelereng. Ada lubang-lubang pada kaus kakimu. Ayah menghinamu di depan kawan-kawanmu, lalu menggiringmu untuk pulang ke rumah. KAus kaki mahal-dan kau yang harus membelinya, kau akan lebih berhati-hati! Bayankan itu,Nak, itu keluar dari pikiran seorang Ayah.

Apakah kau ingat, nantinya, ketika Ayah sedang di ruang perpustakaan, bagaiman kau dating dengan perasaan takut, dengan rasa terluka dalam matamu? Ketika Ayah terus memandang Koran, tidak sabar karena gangguanmu, kau jadi ragu-ragu di depan pintu. “kau mau apa?” semprot Ayah.

KAu tidak berkata sepatah pun, melainkan berlari melintas dan melompat kea rah ayah, kau melemparkan tanganmu melingkari leher saya dan mencium Ayah, tangan-tangan kecilmu semakin erat memeluk dengan hangat, kehangatan yang telah tuhan tetapkan untuk mekar di hatimu dan yang bahkan pengabdian sekalipun tak akan mampu melemahkannya. Dan kemudian kau pergi, bergeeas menaiki tangga.

Nah, Nak,sesaat itu Koran jatuh di tangan ayah, dan satu rasa takut yang menakitkan menerpa Ayah. Kebiasaan apa yang sudah ayah lakukan? Kebiasaan dalam menemukan kesalahan, dalam mencerca- ini adalah hadiah Ayah untukmu sebagai seorang anak lelaki. Bukan berarti ayah tidak mencintaimu;ayah lakukan ini karena ayah berharap terlalubanyak dari masa muda. Ayah sedang mengukur dengan kayu pengukur dari tahun-tahun Ayah sendiri.

Dan sebenarnya begitu banyak hal yang baik dan benar dalam sifatmu. Hati mungil milikmu sama besarnya dengan fajar yang memayungi bukit-bukit luas. Semua ini kau tunjukkan dengan sikap spontanmu saat kau menghambur masuk dan mencium ayah sambil mengucapkan selamat tidur. Tidak ada masalah lagi malam ini,nak. Ayah sudah dating ke pembaringanmu dalam kegelapan, dan ayah sudah berlutut disana dengan rasa malu.

Ini adalah sebuah rasa tobat yang lemah; Ayah tahu kau tidak akan mengerti hal-hal seperti ini kalau ayah sampaikan padamu saat kau terjaga. Tapi esok hari ayah akan menjadi ayah sejati! Ayah akan bersahabat karib denganmu, dan ikut menderita jika kau menderita dan tertawa jika kau tertawa. Ayah akan menggigit lidah ayah kalu kata-kata tidak sabar keluar dari mulut ayah. Ayah akan terus mengucapkannya kata ini seolah-olah sebuah ritual: “dia Cuma seorang anak kecil-anak leleki kecil!”.

Ayah khawatir sudah membayangkan sebagai seorang leleki. Namun,saat ayah memandangmu sekarang,nak, meringkuk dberbarin dan letih dalam tempat tidurmu, Ayah lihat bahwa kau masih seorang bayi. Kemarin kau masih dalam gendongan ibumu. Ayah sudah meminta terlalu banyak, sungguh terlalu banyak.

Sebagai ganti dari mencerca orang, mari kita coba mengerti mereka. Mari berusaha mengerti mengapa mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Hal ini lebih bermanfaat dan menarik minat daripada kritik dan melehirkan simpati, toleransi dan kebaikan hati. “untuk benar-benar mengenal semua, kita harus memanfaatkan semua”.

Seperti yang dikatakan Dr. Jhonson : “Tuhan sendiri tidak menghakimi orang hingga tiba pada akhirharinya.” Mengapa saya dan anda harus melakukan nya?

Jangan mengkritik atau mencerca atau mengeluh